Kisah Dewi Bulan Dengan Pemanah Matahari
Ada banyak sekali versi kisah kisah rakyat ihwal Chang-E, sang Dewi Bulan dan Pemanah Matahari dalam legenda Tionghoa namun kisah ini juga yang menjadikan sejarah dan asal-usul nya penyajian Perayaan Kue Bulan setiap tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek. Ketika bulan memperlihatkan keindahan secara penuh, para laki-laki dan gadis gadis manis Tionghoa akan keluar rumah untuk melihat ke bulan dan mengingat Kisah Kehidupan Chang-E. Perayaan ini juga dikenal sebagai Festival Pertengahan Musim Gugur atau Perayaan Bulan. Berikut Kisah selengkapnya ;
Legenda Chang-E, Dewi Bulan dan Pemanah Matahari dalam pemerintahan Tai Kang dari Dinasti Xia.
Yu mendapat takhta dari Shun alasannya kemampuannya dalam mengendalikan banjir. Ketika Yu telah berusia lanjut, ia mempunyai cita-cita untuk menyerahkan takhta kepada salah seorang menterinya, Po Yi. Namun para ketua suku menginginkan biar Yu menawarkan posisi tersebut kepada Chi, salah seorang putra Yu. Setelah insiden ini maka posisi ketua dari ketua atau raja menjadi sesuatu yang turun temurun. Tai Kang yaitu putra dari Chi. Yu mempunyai jasa besar alasannya berhasil menghentikan banjir dan mendidik rakyat untuk bertani.
Hal ini menimbulkan Kaisar Langit di nirwana memerintahkan sepuluh orang putranya menjadi sepuluh matahari. Ini dimaksudkan biar mereka sanggup secara bergantian mengelilingi langit setiap hari sehingga sanggup membantu rakyat untuk berternak dan bertani. Namun sepuluh orang muda tersebut tidak mematuhi perintah dan mereka keluar secara bersamaan yang menimbulkan panas dari sepuluh matahari secara bahu-membahu menyinari bumi dan menjadikan panas yang sangat hebat.
Banyak insan dan hewan meninggal, sungai-sungai menjadi kering, hutan-hutan terbakar, dan banyak sekali penderitaan jago lainnya. Rakyat memohon biar nirwana menawarkan kasihnya. Dan permohonan ini didengar oleh Kaisar Langit, yang kemudian memerintahkan Hou Yi, seorang Dewa yang gagah, untuk turun ke bumi menuntaskan problem tersebut.
Hou Yi yaitu Dewa yang pemberani dan beruntung. Istrinya yaitu Chang-E (嫦娥) yang penyendiri, dan mereka sangat saling menyayangi dan tidak terpisahkan. Mereka populer dengan nama “Sepasang Dewa Dewi Cinta”. Namun hidup diantara insan tidak semudah hidup di surga, dan Chang-E tidak berkeinginan untuk itu. Namun Hou Yi tidak sanggup menentang perintah dari Kaisar Langit, dan Chang-E tidak ingin berpisah dari suaminya. Maka dengan perasaan berat, ia mendampingi Hou Yi ke daerah liar di timur. Hou Yi yaitu seorang pemanah yang hebat, dan dari nirwana membawa busur mistik yang sanggup memanah apa saja di langit diluar jangkauan manusia.
Kemudian rakyat dari daerah timur mengangkatnya sebagai ketua. Bagaimanapun juga posisi tersebut tidaklah membawa senang bagi Hou Yi, alasannya harus menghadapi kenyataan bahwa sepuluh matahari terus menerus menghanguskan tanaman, menimbulkan binatang-binatang ternak mati kelaparan, mengeringkan sungai-sungai, meluasnya penyakit-penyakit, dan banyak rakyat meninggal. Melihat hebatnya penderitaan rakyat, ia mendaki Gunung Tienshan dan berbicara dengan sepuluh matahari. “Kasihanilah rakyat dan keluarlah hanya satu secara bergantian, jangan keluar secara bersamaan”, mohon Hou Yi. “Kenapa kita harus begitu?”, tanya salah satu matahari.
“Karena jikalau kalian semua muncul secara bersamaan, cahaya dan panas kalian menciptakan rakyat dan mahluk hidup lainnya menderita”, jawab Hou Yi. Tanya matahari yang lain, “apa urusan insan dengan kami?” “Ya benar! Kami sepuluh bersaudara sangat senang bermain bersama setiap hari di langit. Betapa hampa dan membosankan bila kami mengelilingi langit secara bergantian”, tambah matahari lainnya.
“Namun Surga sangat sayang kepada mahluk hidup, dan saya berbicara kepada kalian atas perintah Kaisar Langit”, kata Hou Yi. Meskipun Hou Yi berusaha keras dan sungguh-sungguh untuk menawarkan penjelasan, tetapi mereka tidak menghiraukan. Salah seorang berkata dengan sombong “Kami yaitu putra dari Kaisar Langit, dan siapakah kau berani mencampuri urusan kami?”
Lalu kesepuluh matahari dengan sombongnya mengeluarkan panasnya ke bumi, yang menjadikan hutan-hutan terbakar, burung dan hewan berlarian menghindar dan insan berusaha untuk menyelamatkan hidup. Perbuatan tersebut menciptakan Hou Yi kehilangan kesabaran, sehingga ia mengambil busur dan panahnya, dan memanah matahari tersebut satu per satu.
Pada ketika Hou Yi akan memanah matahari yang terakhir, sang matahari memohon biar Hou Yi menawarkan pengampunan, dan matahari tersebut berjanji mematuhi semua kiprah yang diberikan dan hanya akan keluar pada siang hari. Setelah insiden itu, rakyat sangat menikmati hidup mereka, mereka bekerja pada siang hari dan beristirahat pada malam hari. Hou Yi kemudian melaporkan semua yang dilakukannya kepada Kaisar Langit, yang sangat murka alasannya Hou Yi membunuh sembilan putranya dengan kejam.
Kaisar Langit menolak Hou Yi kembali ke surga. Kaisar Langit menyampaikan bahwa Hou Yi sangat ditunggu oleh rakyat di daerah timur yang telah mengangkatnya sebagai ketua dari suku-suku tersebut, dan menginginkan biar Hou Yi sanggup berjuang untuk kesejahteraan umat manusia. Maka Hou Yi tidaklah sanggup pulang ke surga, dan di bumi sangat banyak pekerjaan yang harus dilakukannya.
Jika seseorang ingin menguasai alam, yaitu dengan berkuasa atas serangga dan hewan buas, maka ia pertama-tama harus berguru untuk bertarung. Maka Hou Yi mulai melatih rakyat memanah. Hou Yi sangat sibuk dengan semua pekerjaan yang ada sehingga ia jarang pulang ke rumah, dan ini menimbulkan Chang-E merasa ditelantarkan dan kesepian.
Yang paling menciptakan Chang-E sedih yaitu kenyataan bahwa ia kini yaitu seorang manusia, yang tidak sanggup menghindari penderitaan manusia, menyerupai melahirkan, menjadi tua, sakit dan meninggal. Chang-E sangat murka terhadap perbuatan Hou Yi yang memanah jatuh matahari-matahari yang merupakan putra dari Kaisar Langit tersebut.
Hou Yi sangat menyayangi istrinya, dan untuk menghindari pertengkaran yang selalu terjadi, maka ia berkelana sendirian. Dengan cara ini ia lebih sanggup menyesuaikan diri dan menyesuaikan diri dengan dunia. Dalam pengembaraan, Hou Yi melaksanakan banyak perbuatan baik. Salah satu perbuatan baik Hou Yi yang sangat populer yaitu membunuh seekor monster berkepala sembilan.
Semua perbuatan baik yang dilakukan menciptakan nama Hou Yi semakin terkenal. Beberapa kali Hou Yi memohon kepada Kaisar Langit biar ia dan istrinya sanggup kembali ke surga, namun Kaisar Langit tetap tidak memaafkan perbuatan Hou Yi. Sehingga usang kelamaan, Hou Yi dan Chang-E harus berusaha keras biar sanggup menyesuaikan diri dengan kehidupan manusia. Manusia tidak sanggup menghindar dari sakit, derita, kesedihan, dan kecemasan.
Maka ketika Hou Yi berkelana, yang bertujuan untuk melaksanakan banyak perbuatan baik bagi rakyat jelata, semakin terdapat jarak antara ia dengan sang istri. Pada ketika itulah Hou Yi bertemu dengan Mi Fei, yang merupakan salah satu perempuan tercantik yang ada. Mi Fei merupakan salah satu keturunan dari Fu Shi, penguasa legendaris Cina.
Dahulu, Mi Fei kehilangan keseimbangan dan karam di sungai Lo, yang kemudian menciptakan Mi Fei menjadi Dewi Lo. Mi Fei menikah dengan Feng Yi, Dewa Air, yang mengendalikan Sembilan Sungai. Mi Fei sedang bermain di sungai suatu hari pada ketika Hou Yi sedang mengendarai kuda. Karena Mi Fei telah menikah dan tidak ingin orang ajaib melihatnya, maka ia menyelam ke dalam air. Namun Hou Yi telah melihat Mi Fei dan mengira Mi Fei tenggelam, maka Hou Yi meloncat ke sungai untuk menyelamatkan Mi Fei.
Secara tidak disadari, Mi Fei merasa senang pada ketika ditolong oleh Hou Yi. “Kamu lebih baik pergi, alasannya jikalau suamiku melihatmu maka kau akan mati”, kata Mi Fei memperingatkan Hou Yi. “Suamimu? Kamu mempunyai suami?”, tanya Hou Yi dengan penuh kekecewaan. “Siapakah dia?” “Feng Yi, Dewa Air.” “Oh dia!”, kata Hou Yi sambil tertawa alasannya mendengar nama Feng Yi yang mempunyai reputasi buruk.
Dalam hati, Hou Yi sangat menyayangkan kenyataan bahwa perempuan manis ini ternyata mempunyai suami semacam Feng Yi. “Bagaimana kau bisa tertawa? Suamiku mempunyai sifat yang buruk, dan ia niscaya akan membunuhmu.” “Maka apakah kau yaitu Dewi Lo?”, tanya Hou Yi. “Ya!” “Itu tidak apa-apa! Jika Feng Yi memang bisa membunuhku, saya tidak akan keberatan selama saya bisa bersama perempuan manis sepertimu”, kata Hou Yi.
“Namun saya mencurigai kemampuan Feng Yi bisa menandingi kemampuan seseorang yang bisa membunuh matahari di langit”. Mi Fei melihat busur dan panah mistik yang ada dan menyadari siapakah Hou Yi sebenarnya. Mungkin alasannya Mi Fei menyukai Hou Yi, atau alasannya Mi Fei merasa kesepian sekian lama, maka Mi Fei tiba-tiba menangis di bahu Hou Yi. Hou Yi juga melupakan sang istri di rumah.
Hou Yi melupakan Chang-E, Mi Fei melupakan Feng Yi. Namun percintaan mereka tidak kekal. Pada suatu hari ketika mereka sedang berbincang-bincang dengan mesra di tepi sungai, Feng Yi memergoki mereka. Dia sangat murka dan mengubah diri menjadi seekor naga putih. Lalu mengamuk, menyapu semua kuda-kuda dan menghancurkan ladang pertanian yang ada di sekitar sungai. Berpikir bahwa naga itu yaitu seekor naga yang jahat, Hou Yi mengambil busurnya dan melepaskan sebuah panah. Mi Fei berusaha menghentikan Hou Yi, alasannya ia mengetahui penyamaran suaminya, namun ia terlambat. Panah itu membutakan satu mata Feng Yi, yang kemudian melaporkan insiden itu kepada Kaisar Langit.
Karena Hou Yi telah banyak melaksanakan perbuatan baik dan menghadapai kenyataan bahwa bekerjsama Hou Yi sedang menjalani eksekusi alasannya membunuh sembilan matahari, maka Kaisar Langit hanya menyampaikan biar Hou Yi tidak menemui Mi Fei lagi. Patah hati! Maka satu-satunya yang bisa dilakukan Hou Yi yaitu pulang ke rumah. Namun, Chang-E tidak menyambut dengan gembira.
“Bagaimana bisa kau pulang kesini sesudah apa yang kau lakukan? Pulanglah kau ke perempuan yang tidak tahu malu itu!”, kata Chang-E. Hou Yi tidak berkata apa-apa, alasannya menyadari bahwa dirinya memang bersalah. Sementara itu Feng Yi yang masih tidak puas dengan keputusan Kaisar Langit, memanggil para naga dari Sembilan Sungai dan memerintahkan mereka menciptakan awan dan hujan selama satu bulan penuh.
Bencana ini menandingi tragedi yang pernah ditimbulkan sepuluh matahari. Semua hewan dan tumbuhan tenggelam, yang menimbulkan rakyat kelaparan. Maka sekali lagi Hou Yi memanggul busur dan panahnya, memanggil semua pengikutnya dan pergi berburu burung, binatang, dan ikan untuk memberi makan Chang-E dan para anggota sukunya. Chang-E tidak merasa senang dengan memakan binatang-binatang liar ini. Dia ingin makan buah-buahan dan ia meminta Hou Yi memperlihatkan kegagahannya.
“Saya dahulu sanggup mengambil bintang untukmu”, kata Hou Yi, “namun kini kita yaitu insan dan seluruh daerah dilanda banjir dan semuanya mati, dimana kau mengharapkan saya bisa mendapat buah-buahan?”
“Itu semua salahmu! Kenapa kau harus membunuh sembilan matahari itu? Seharusnya kau sadar bahwa mereka yaitu anak dari Kaisar Langit. Dan bagaimana kau bisa juga bermesraan dengan Mi Fei yang telah menikah dengan Feng Yi? Kamu tidak tahu malu!”, teriak Chang-E sambil menangis. Hou Yi menyadari bahwa dirinya memang salah. “Baiklah, itu semua salahku. Tenanglah. Marah akan menciptakan kau cepat menjadi tua”, kata Hou Yi dengan penuh kesabaran.
Mendengar kata “tua”, Chang-E tertegun dan melihat bayangannya di air. Dan Chang-E terkejut menyaksikan kerut-kerut pada mukanya. Dia menyadari bahwa itu yaitu sesuatu yang masuk akal pada manusia, dan insiden itu tidak sanggup dihindarinya. Chang-E berteriak-teriak histeri. “Saya tidak ingin berubah! Saya tidak ingin menjadi jelek! Saya ingin kembali ke surga!”
“Itu tidak mungkin”, kata Hou Yi, “Kaisar Langit tidak mengijinkan kita kembali.” “Saya tidak mau tahu! Saya tidak mau menjadi tua! Saya tidak mau menjadi jelek! Kamu harus menemukan cara biar saya tetap abadi dan cantik!” “Baik, baik. Saya akan memikirkan caranya”, kata Hou Yi. Hou Yi kebingungan. Dimana ia bisa mendapat cara menciptakan seseorang abadi dan tetap cantik?
Namun bila ia tidak mendapatkannya, itu akan berterusan tanpa akhir. Maka ia pergi dan tidak berani pulang ke rumah. Hou Yi ingin pergi ke tempat Mi Fei namun ia takut melanggar perintah Kaisar Langit, itu menciptakan semangatnya semakin turun dari hari ke hari. Hou Yi menjadi pemabuk, dan mulai memperlihatkan sifat kasar.
Hou Yi mulai bersikap berangasan kepada para murid dan anggota sukunya. Dan itu menciptakan orang-orang tidak menyukai Hou Yi, terutama Feng Meng dan seorang anak buah Feng Meng, Han Cho. Feng Meng telah usang berguru memanah dari Hou Yi, dan merasa bahwa dirinya sudah melebihi Hou Yi. Dia secara diam-diam menyukai Chang-E, namun tidak berani bertindak apa-apa alasannya ia takut akan busur dan panah mistik yang dimiliki Hou Yi. Sedangkan Han Cho yaitu seorang tamak yang menginginkan menjadi ketua menggantikan Hou Yi, tentunya jikalau Hou Yi dibinasakan. Maka mereka berdua merencanakan hal jahat terhadap Hou Yi dan Chang-E.
Mereka menyampaikan kepada Hou Yi bahwa Ibu Raja yang tinggal di puncak Gunung Kunlun mempunyai ramuan yang sanggup menciptakan seorang abadi dan tetap cantik. Demi Chang-E, Hou Yi mendaki Gunung Kunlun yang penuh dengan bahaya, dimana jadinya ia bisa menjumpai Ibu Raja. Karena pengorbanan yang dilakukan oleh Hou Yi begitu besar untuk mencapai puncak Gunung Kunlun, Ibu Raja menawarkan sebuah pil keabadian.
Seseorang yang memakan pil ini akan sanggup ke surga, Ibu Raja berkata kepada Hou Yi, namun jikalau dua orang membaginya, maka mereka berdua sanggup hidup abadi. Mereka harus memakan pil itu sempurna pada tanggal 15 bulan 8, ketika bulan penuh, demikian kata Ibu Raja lebih lanjut. Hou Yi sangat besar hati mengetahui hal tersebut, dan segera pulang ke rumah untuk memberitahu Chang-E.
Mereka membagi pil tersebut menjadi dua dan akan memakannya pada waktu yang telah diberitahu, sehingga mereka berdua sanggup menjadi abadi. Saat itu yaitu tanggal 12 bulan 8, tiga hari kemudian merupakan hari yang ditunggu. Namun Hou Yi mendengar adanya “ramuan permata” di Gunung Tienshan yang sanggup menciptakan perempuan semakin cantik.
Maka untuk menciptakan Chang-E senang dan menebus kesalahan yang pernah dilakukan, Hou Yi pergi untuk mendapat ramuan tersebut. Menurut perhitungan Hou Yi, ia akan mendapat ramuan itu dan kembali ke rumah dalam waktu tiga hari. Karena Hou Yi ingin memberi kejutan kepada Chang-E, ia tidak menyampaikan apa-apa mengenai kepergiannya. Tiga hari berlalu dan Chang-E melihat bahwa Hou Yi tidak akan kembali.
Dia bertanya kepada Feng Meng mengenai hal itu, dan Feng Meng berkata bahwa ia tidak diperbolehkan untuk berkata apa-apa. Karena ditanya terus menerus, maka Feng Meng dengan liciknya menyampaikan bahwa, “Hou Yi tidak mengijinkan saya berkata apa-apa”. “Mengapa tidak? Kemana ia pergi?”, tanya Chang-E. “Saya tidak sanggup mengatakannya. Hou Yi akan membunuh saya!” “Tidak. Hou Yi tidak akan melaksanakan apa-apa terhadapmu. Katakan saja”, desak Chang-E. “Dia….dia pergi untuk mencari Mi Fei”, bohong Feng Meng. Chang-E tertegun. Betapa tidak tahu akal suaminya. Chang-E sangat murka mendengarkan hal itu.
Dan ketika bulan mulai muncul, Chang-E mengambil pil keabadian yang telah diberikan oleh Hou Yi, perlahan-lahan menuju ke halaman dan memandang ke langit. Dia mengenang semua kehidupan senang yang pernah dinikmati di surga. Tidak ada banjir, tidak ada sakit, tidak ada penderitaan, dan tidak ada kesedihan. Manusia harus mengalami semuanya. Betapa lezat hidup di surga, pikir Chang-E. Sekarang Chang-E mempunyai pil keabadian. Namun, apakah Hou Yi akan pulang?
Chang-E berpikir, mungkinkah Hou Yi berencana untuk memakan pil itu berdua dengan Mi Fei dan meninggalkan dirinya? Kebahagian di surga, dan penderita di dunia. Hati Chang-E dipenuhi dengan banyak sekali kemelut emosi.
Tiba-tiba, Chang-E mendengar bunyi derap tapak kuda, dan menebak bahwa itu niscaya suaminya pulang. Dengan penuh kebingungan, ia meminum pil itu semuanya, dan ketika itu juga ia merasa tubuhnya semakin ringan dan mulai melayang di udara. “Chang-E! Chang-E!”, teriak Hou Yi sambil memegang bersahabat ramuan permata yang didapatkan dari Gunung Tienshan. Namun Chang-E tidak menghiraukannya. Chang-E terus melayang semakin cepat dan cepat.
Dengan penuh kemarahan Hou Yi melempar ramuan permata dan mengambil busur serta panah gaibnya, namun ia tidak berani untuk memanah. Chang-E ingin pergi ke surga, namun ia malu kepara para Dewa-Dewi di nirwana yang telah menyaksikan dirinya meninggalkan suaminya. Maka ia menjadi takut dan mengubah arah ke bulan yang masbodoh dan sepi.
Hou Yi menyaksikan semuanya dari bumi, dan berpikir bahwa ia sanggup memanah jatuh bulan. Dia sanggup melaksanakan hal itu, namun ia tidak berani menghadapi kenyataan bahwa ia akan membunuh istrinya yang tersayang. Maka, dengan penuh kemarahan, ia mematahkan busur dan panah gaibnya. Kenapa harus tetap memiliknya, jikalau ia ternyata tetap tidak sanggup menolong istrinya?
Feng Meng dan Han Cho melihat semua insiden dari tempat tersembunyi, dan tersenyum bahagia. Hou Yi begitu sedih. Dengan satu perintah, dua orang itu bersama empat pengikut mereka mendatangi dan akan membunuh Hou Yi. Tapi, meski tanpa busur dan panah gaibnya Hou Yi tetap tidak sanggup dikalahkan dirinya berhasil mengalahkan dan membunuh murid-murid beserta pengikut yang telah mengkhianatinya.
Dan kemudian Hou Yi bimbang alasannya hidup sendiri di bumi, sedangkan istrinya sudah mendarat di Bulan dan menjadi dewi Bulan yang konon tinggal hanya dengan seekor kelinci santunan dari dewi-dewi di surga. Setiap malam Hou Yi hanya memandang indahnya bulan. Dia berpikir istrinya juga merindukannya, maka ia setia menunggu Chang`E menengoknya turun ke bumi.
Waktu terus berjalan, Hou Yi semakin tua. Setiap malam Hou Yi selalu memandang ke bulan dan selalu menyediakan masakan kesukaan istrinya Kue Bulan alasannya ia selalu berharap istrinya akan turun kembali menemuinya di bumi. Namun ternyata hal itu tak sanggup terwujud sampai final usia Hou Yi.
Kaisar Langit yang melihat kehidupan Hou Yi yang kesepian lambat laun merasa kasihan. Ketika Hou Yi meninggal, Hou Yi diangkat oleh Kaisar Langit dan dijadikan Dewa Matahari. Kini setiap tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek, ketika bulan memperlihatkan keindahan secara penuh, orang Tionghoa melihat ke bulan dan mengingat Chang-E dan legendanya. Perayaan ini dikenal sebagai Perayaan Pertengahan Musim Gugur, juga dikenal sebagai Perayaan Bulan
Legenda Dewi Cinta Dalam Mitologi Dunia
Kisah Unik Persahabatan Anjing Dan Gajah
Misteri Eyang Datuk Banjir Di Lubang Buaya
Referensi
tionghoa.com_Chang-E (嫦娥)
sitihaulahblog.wordpress.com_Dewi Bulan dan Pemanah Matahari
Legenda Chang-E, Dewi Bulan dan Pemanah Matahari dalam pemerintahan Tai Kang dari Dinasti Xia.
Yu mendapat takhta dari Shun alasannya kemampuannya dalam mengendalikan banjir. Ketika Yu telah berusia lanjut, ia mempunyai cita-cita untuk menyerahkan takhta kepada salah seorang menterinya, Po Yi. Namun para ketua suku menginginkan biar Yu menawarkan posisi tersebut kepada Chi, salah seorang putra Yu. Setelah insiden ini maka posisi ketua dari ketua atau raja menjadi sesuatu yang turun temurun. Tai Kang yaitu putra dari Chi. Yu mempunyai jasa besar alasannya berhasil menghentikan banjir dan mendidik rakyat untuk bertani.
Hal ini menimbulkan Kaisar Langit di nirwana memerintahkan sepuluh orang putranya menjadi sepuluh matahari. Ini dimaksudkan biar mereka sanggup secara bergantian mengelilingi langit setiap hari sehingga sanggup membantu rakyat untuk berternak dan bertani. Namun sepuluh orang muda tersebut tidak mematuhi perintah dan mereka keluar secara bersamaan yang menimbulkan panas dari sepuluh matahari secara bahu-membahu menyinari bumi dan menjadikan panas yang sangat hebat.
Banyak insan dan hewan meninggal, sungai-sungai menjadi kering, hutan-hutan terbakar, dan banyak sekali penderitaan jago lainnya. Rakyat memohon biar nirwana menawarkan kasihnya. Dan permohonan ini didengar oleh Kaisar Langit, yang kemudian memerintahkan Hou Yi, seorang Dewa yang gagah, untuk turun ke bumi menuntaskan problem tersebut.
Hou Yi yaitu Dewa yang pemberani dan beruntung. Istrinya yaitu Chang-E (嫦娥) yang penyendiri, dan mereka sangat saling menyayangi dan tidak terpisahkan. Mereka populer dengan nama “Sepasang Dewa Dewi Cinta”. Namun hidup diantara insan tidak semudah hidup di surga, dan Chang-E tidak berkeinginan untuk itu. Namun Hou Yi tidak sanggup menentang perintah dari Kaisar Langit, dan Chang-E tidak ingin berpisah dari suaminya. Maka dengan perasaan berat, ia mendampingi Hou Yi ke daerah liar di timur. Hou Yi yaitu seorang pemanah yang hebat, dan dari nirwana membawa busur mistik yang sanggup memanah apa saja di langit diluar jangkauan manusia.
Kemudian rakyat dari daerah timur mengangkatnya sebagai ketua. Bagaimanapun juga posisi tersebut tidaklah membawa senang bagi Hou Yi, alasannya harus menghadapi kenyataan bahwa sepuluh matahari terus menerus menghanguskan tanaman, menimbulkan binatang-binatang ternak mati kelaparan, mengeringkan sungai-sungai, meluasnya penyakit-penyakit, dan banyak rakyat meninggal. Melihat hebatnya penderitaan rakyat, ia mendaki Gunung Tienshan dan berbicara dengan sepuluh matahari. “Kasihanilah rakyat dan keluarlah hanya satu secara bergantian, jangan keluar secara bersamaan”, mohon Hou Yi. “Kenapa kita harus begitu?”, tanya salah satu matahari.
“Karena jikalau kalian semua muncul secara bersamaan, cahaya dan panas kalian menciptakan rakyat dan mahluk hidup lainnya menderita”, jawab Hou Yi. Tanya matahari yang lain, “apa urusan insan dengan kami?” “Ya benar! Kami sepuluh bersaudara sangat senang bermain bersama setiap hari di langit. Betapa hampa dan membosankan bila kami mengelilingi langit secara bergantian”, tambah matahari lainnya.
“Namun Surga sangat sayang kepada mahluk hidup, dan saya berbicara kepada kalian atas perintah Kaisar Langit”, kata Hou Yi. Meskipun Hou Yi berusaha keras dan sungguh-sungguh untuk menawarkan penjelasan, tetapi mereka tidak menghiraukan. Salah seorang berkata dengan sombong “Kami yaitu putra dari Kaisar Langit, dan siapakah kau berani mencampuri urusan kami?”
Lalu kesepuluh matahari dengan sombongnya mengeluarkan panasnya ke bumi, yang menjadikan hutan-hutan terbakar, burung dan hewan berlarian menghindar dan insan berusaha untuk menyelamatkan hidup. Perbuatan tersebut menciptakan Hou Yi kehilangan kesabaran, sehingga ia mengambil busur dan panahnya, dan memanah matahari tersebut satu per satu.
Pada ketika Hou Yi akan memanah matahari yang terakhir, sang matahari memohon biar Hou Yi menawarkan pengampunan, dan matahari tersebut berjanji mematuhi semua kiprah yang diberikan dan hanya akan keluar pada siang hari. Setelah insiden itu, rakyat sangat menikmati hidup mereka, mereka bekerja pada siang hari dan beristirahat pada malam hari. Hou Yi kemudian melaporkan semua yang dilakukannya kepada Kaisar Langit, yang sangat murka alasannya Hou Yi membunuh sembilan putranya dengan kejam.
Kaisar Langit menolak Hou Yi kembali ke surga. Kaisar Langit menyampaikan bahwa Hou Yi sangat ditunggu oleh rakyat di daerah timur yang telah mengangkatnya sebagai ketua dari suku-suku tersebut, dan menginginkan biar Hou Yi sanggup berjuang untuk kesejahteraan umat manusia. Maka Hou Yi tidaklah sanggup pulang ke surga, dan di bumi sangat banyak pekerjaan yang harus dilakukannya.
Jika seseorang ingin menguasai alam, yaitu dengan berkuasa atas serangga dan hewan buas, maka ia pertama-tama harus berguru untuk bertarung. Maka Hou Yi mulai melatih rakyat memanah. Hou Yi sangat sibuk dengan semua pekerjaan yang ada sehingga ia jarang pulang ke rumah, dan ini menimbulkan Chang-E merasa ditelantarkan dan kesepian.
Yang paling menciptakan Chang-E sedih yaitu kenyataan bahwa ia kini yaitu seorang manusia, yang tidak sanggup menghindari penderitaan manusia, menyerupai melahirkan, menjadi tua, sakit dan meninggal. Chang-E sangat murka terhadap perbuatan Hou Yi yang memanah jatuh matahari-matahari yang merupakan putra dari Kaisar Langit tersebut.
Hou Yi sangat menyayangi istrinya, dan untuk menghindari pertengkaran yang selalu terjadi, maka ia berkelana sendirian. Dengan cara ini ia lebih sanggup menyesuaikan diri dan menyesuaikan diri dengan dunia. Dalam pengembaraan, Hou Yi melaksanakan banyak perbuatan baik. Salah satu perbuatan baik Hou Yi yang sangat populer yaitu membunuh seekor monster berkepala sembilan.
Semua perbuatan baik yang dilakukan menciptakan nama Hou Yi semakin terkenal. Beberapa kali Hou Yi memohon kepada Kaisar Langit biar ia dan istrinya sanggup kembali ke surga, namun Kaisar Langit tetap tidak memaafkan perbuatan Hou Yi. Sehingga usang kelamaan, Hou Yi dan Chang-E harus berusaha keras biar sanggup menyesuaikan diri dengan kehidupan manusia. Manusia tidak sanggup menghindar dari sakit, derita, kesedihan, dan kecemasan.
Maka ketika Hou Yi berkelana, yang bertujuan untuk melaksanakan banyak perbuatan baik bagi rakyat jelata, semakin terdapat jarak antara ia dengan sang istri. Pada ketika itulah Hou Yi bertemu dengan Mi Fei, yang merupakan salah satu perempuan tercantik yang ada. Mi Fei merupakan salah satu keturunan dari Fu Shi, penguasa legendaris Cina.
Dahulu, Mi Fei kehilangan keseimbangan dan karam di sungai Lo, yang kemudian menciptakan Mi Fei menjadi Dewi Lo. Mi Fei menikah dengan Feng Yi, Dewa Air, yang mengendalikan Sembilan Sungai. Mi Fei sedang bermain di sungai suatu hari pada ketika Hou Yi sedang mengendarai kuda. Karena Mi Fei telah menikah dan tidak ingin orang ajaib melihatnya, maka ia menyelam ke dalam air. Namun Hou Yi telah melihat Mi Fei dan mengira Mi Fei tenggelam, maka Hou Yi meloncat ke sungai untuk menyelamatkan Mi Fei.
Secara tidak disadari, Mi Fei merasa senang pada ketika ditolong oleh Hou Yi. “Kamu lebih baik pergi, alasannya jikalau suamiku melihatmu maka kau akan mati”, kata Mi Fei memperingatkan Hou Yi. “Suamimu? Kamu mempunyai suami?”, tanya Hou Yi dengan penuh kekecewaan. “Siapakah dia?” “Feng Yi, Dewa Air.” “Oh dia!”, kata Hou Yi sambil tertawa alasannya mendengar nama Feng Yi yang mempunyai reputasi buruk.
Dalam hati, Hou Yi sangat menyayangkan kenyataan bahwa perempuan manis ini ternyata mempunyai suami semacam Feng Yi. “Bagaimana kau bisa tertawa? Suamiku mempunyai sifat yang buruk, dan ia niscaya akan membunuhmu.” “Maka apakah kau yaitu Dewi Lo?”, tanya Hou Yi. “Ya!” “Itu tidak apa-apa! Jika Feng Yi memang bisa membunuhku, saya tidak akan keberatan selama saya bisa bersama perempuan manis sepertimu”, kata Hou Yi.
“Namun saya mencurigai kemampuan Feng Yi bisa menandingi kemampuan seseorang yang bisa membunuh matahari di langit”. Mi Fei melihat busur dan panah mistik yang ada dan menyadari siapakah Hou Yi sebenarnya. Mungkin alasannya Mi Fei menyukai Hou Yi, atau alasannya Mi Fei merasa kesepian sekian lama, maka Mi Fei tiba-tiba menangis di bahu Hou Yi. Hou Yi juga melupakan sang istri di rumah.
Hou Yi melupakan Chang-E, Mi Fei melupakan Feng Yi. Namun percintaan mereka tidak kekal. Pada suatu hari ketika mereka sedang berbincang-bincang dengan mesra di tepi sungai, Feng Yi memergoki mereka. Dia sangat murka dan mengubah diri menjadi seekor naga putih. Lalu mengamuk, menyapu semua kuda-kuda dan menghancurkan ladang pertanian yang ada di sekitar sungai. Berpikir bahwa naga itu yaitu seekor naga yang jahat, Hou Yi mengambil busurnya dan melepaskan sebuah panah. Mi Fei berusaha menghentikan Hou Yi, alasannya ia mengetahui penyamaran suaminya, namun ia terlambat. Panah itu membutakan satu mata Feng Yi, yang kemudian melaporkan insiden itu kepada Kaisar Langit.
Karena Hou Yi telah banyak melaksanakan perbuatan baik dan menghadapai kenyataan bahwa bekerjsama Hou Yi sedang menjalani eksekusi alasannya membunuh sembilan matahari, maka Kaisar Langit hanya menyampaikan biar Hou Yi tidak menemui Mi Fei lagi. Patah hati! Maka satu-satunya yang bisa dilakukan Hou Yi yaitu pulang ke rumah. Namun, Chang-E tidak menyambut dengan gembira.
“Bagaimana bisa kau pulang kesini sesudah apa yang kau lakukan? Pulanglah kau ke perempuan yang tidak tahu malu itu!”, kata Chang-E. Hou Yi tidak berkata apa-apa, alasannya menyadari bahwa dirinya memang bersalah. Sementara itu Feng Yi yang masih tidak puas dengan keputusan Kaisar Langit, memanggil para naga dari Sembilan Sungai dan memerintahkan mereka menciptakan awan dan hujan selama satu bulan penuh.
Bencana ini menandingi tragedi yang pernah ditimbulkan sepuluh matahari. Semua hewan dan tumbuhan tenggelam, yang menimbulkan rakyat kelaparan. Maka sekali lagi Hou Yi memanggul busur dan panahnya, memanggil semua pengikutnya dan pergi berburu burung, binatang, dan ikan untuk memberi makan Chang-E dan para anggota sukunya. Chang-E tidak merasa senang dengan memakan binatang-binatang liar ini. Dia ingin makan buah-buahan dan ia meminta Hou Yi memperlihatkan kegagahannya.
“Saya dahulu sanggup mengambil bintang untukmu”, kata Hou Yi, “namun kini kita yaitu insan dan seluruh daerah dilanda banjir dan semuanya mati, dimana kau mengharapkan saya bisa mendapat buah-buahan?”
“Itu semua salahmu! Kenapa kau harus membunuh sembilan matahari itu? Seharusnya kau sadar bahwa mereka yaitu anak dari Kaisar Langit. Dan bagaimana kau bisa juga bermesraan dengan Mi Fei yang telah menikah dengan Feng Yi? Kamu tidak tahu malu!”, teriak Chang-E sambil menangis. Hou Yi menyadari bahwa dirinya memang salah. “Baiklah, itu semua salahku. Tenanglah. Marah akan menciptakan kau cepat menjadi tua”, kata Hou Yi dengan penuh kesabaran.
Mendengar kata “tua”, Chang-E tertegun dan melihat bayangannya di air. Dan Chang-E terkejut menyaksikan kerut-kerut pada mukanya. Dia menyadari bahwa itu yaitu sesuatu yang masuk akal pada manusia, dan insiden itu tidak sanggup dihindarinya. Chang-E berteriak-teriak histeri. “Saya tidak ingin berubah! Saya tidak ingin menjadi jelek! Saya ingin kembali ke surga!”
“Itu tidak mungkin”, kata Hou Yi, “Kaisar Langit tidak mengijinkan kita kembali.” “Saya tidak mau tahu! Saya tidak mau menjadi tua! Saya tidak mau menjadi jelek! Kamu harus menemukan cara biar saya tetap abadi dan cantik!” “Baik, baik. Saya akan memikirkan caranya”, kata Hou Yi. Hou Yi kebingungan. Dimana ia bisa mendapat cara menciptakan seseorang abadi dan tetap cantik?
Namun bila ia tidak mendapatkannya, itu akan berterusan tanpa akhir. Maka ia pergi dan tidak berani pulang ke rumah. Hou Yi ingin pergi ke tempat Mi Fei namun ia takut melanggar perintah Kaisar Langit, itu menciptakan semangatnya semakin turun dari hari ke hari. Hou Yi menjadi pemabuk, dan mulai memperlihatkan sifat kasar.
Hou Yi mulai bersikap berangasan kepada para murid dan anggota sukunya. Dan itu menciptakan orang-orang tidak menyukai Hou Yi, terutama Feng Meng dan seorang anak buah Feng Meng, Han Cho. Feng Meng telah usang berguru memanah dari Hou Yi, dan merasa bahwa dirinya sudah melebihi Hou Yi. Dia secara diam-diam menyukai Chang-E, namun tidak berani bertindak apa-apa alasannya ia takut akan busur dan panah mistik yang dimiliki Hou Yi. Sedangkan Han Cho yaitu seorang tamak yang menginginkan menjadi ketua menggantikan Hou Yi, tentunya jikalau Hou Yi dibinasakan. Maka mereka berdua merencanakan hal jahat terhadap Hou Yi dan Chang-E.
Mereka menyampaikan kepada Hou Yi bahwa Ibu Raja yang tinggal di puncak Gunung Kunlun mempunyai ramuan yang sanggup menciptakan seorang abadi dan tetap cantik. Demi Chang-E, Hou Yi mendaki Gunung Kunlun yang penuh dengan bahaya, dimana jadinya ia bisa menjumpai Ibu Raja. Karena pengorbanan yang dilakukan oleh Hou Yi begitu besar untuk mencapai puncak Gunung Kunlun, Ibu Raja menawarkan sebuah pil keabadian.
Seseorang yang memakan pil ini akan sanggup ke surga, Ibu Raja berkata kepada Hou Yi, namun jikalau dua orang membaginya, maka mereka berdua sanggup hidup abadi. Mereka harus memakan pil itu sempurna pada tanggal 15 bulan 8, ketika bulan penuh, demikian kata Ibu Raja lebih lanjut. Hou Yi sangat besar hati mengetahui hal tersebut, dan segera pulang ke rumah untuk memberitahu Chang-E.
Mereka membagi pil tersebut menjadi dua dan akan memakannya pada waktu yang telah diberitahu, sehingga mereka berdua sanggup menjadi abadi. Saat itu yaitu tanggal 12 bulan 8, tiga hari kemudian merupakan hari yang ditunggu. Namun Hou Yi mendengar adanya “ramuan permata” di Gunung Tienshan yang sanggup menciptakan perempuan semakin cantik.
Maka untuk menciptakan Chang-E senang dan menebus kesalahan yang pernah dilakukan, Hou Yi pergi untuk mendapat ramuan tersebut. Menurut perhitungan Hou Yi, ia akan mendapat ramuan itu dan kembali ke rumah dalam waktu tiga hari. Karena Hou Yi ingin memberi kejutan kepada Chang-E, ia tidak menyampaikan apa-apa mengenai kepergiannya. Tiga hari berlalu dan Chang-E melihat bahwa Hou Yi tidak akan kembali.
Dia bertanya kepada Feng Meng mengenai hal itu, dan Feng Meng berkata bahwa ia tidak diperbolehkan untuk berkata apa-apa. Karena ditanya terus menerus, maka Feng Meng dengan liciknya menyampaikan bahwa, “Hou Yi tidak mengijinkan saya berkata apa-apa”. “Mengapa tidak? Kemana ia pergi?”, tanya Chang-E. “Saya tidak sanggup mengatakannya. Hou Yi akan membunuh saya!” “Tidak. Hou Yi tidak akan melaksanakan apa-apa terhadapmu. Katakan saja”, desak Chang-E. “Dia….dia pergi untuk mencari Mi Fei”, bohong Feng Meng. Chang-E tertegun. Betapa tidak tahu akal suaminya. Chang-E sangat murka mendengarkan hal itu.
Dan ketika bulan mulai muncul, Chang-E mengambil pil keabadian yang telah diberikan oleh Hou Yi, perlahan-lahan menuju ke halaman dan memandang ke langit. Dia mengenang semua kehidupan senang yang pernah dinikmati di surga. Tidak ada banjir, tidak ada sakit, tidak ada penderitaan, dan tidak ada kesedihan. Manusia harus mengalami semuanya. Betapa lezat hidup di surga, pikir Chang-E. Sekarang Chang-E mempunyai pil keabadian. Namun, apakah Hou Yi akan pulang?
Chang-E berpikir, mungkinkah Hou Yi berencana untuk memakan pil itu berdua dengan Mi Fei dan meninggalkan dirinya? Kebahagian di surga, dan penderita di dunia. Hati Chang-E dipenuhi dengan banyak sekali kemelut emosi.
Tiba-tiba, Chang-E mendengar bunyi derap tapak kuda, dan menebak bahwa itu niscaya suaminya pulang. Dengan penuh kebingungan, ia meminum pil itu semuanya, dan ketika itu juga ia merasa tubuhnya semakin ringan dan mulai melayang di udara. “Chang-E! Chang-E!”, teriak Hou Yi sambil memegang bersahabat ramuan permata yang didapatkan dari Gunung Tienshan. Namun Chang-E tidak menghiraukannya. Chang-E terus melayang semakin cepat dan cepat.
Dengan penuh kemarahan Hou Yi melempar ramuan permata dan mengambil busur serta panah gaibnya, namun ia tidak berani untuk memanah. Chang-E ingin pergi ke surga, namun ia malu kepara para Dewa-Dewi di nirwana yang telah menyaksikan dirinya meninggalkan suaminya. Maka ia menjadi takut dan mengubah arah ke bulan yang masbodoh dan sepi.
Hou Yi menyaksikan semuanya dari bumi, dan berpikir bahwa ia sanggup memanah jatuh bulan. Dia sanggup melaksanakan hal itu, namun ia tidak berani menghadapi kenyataan bahwa ia akan membunuh istrinya yang tersayang. Maka, dengan penuh kemarahan, ia mematahkan busur dan panah gaibnya. Kenapa harus tetap memiliknya, jikalau ia ternyata tetap tidak sanggup menolong istrinya?
Feng Meng dan Han Cho melihat semua insiden dari tempat tersembunyi, dan tersenyum bahagia. Hou Yi begitu sedih. Dengan satu perintah, dua orang itu bersama empat pengikut mereka mendatangi dan akan membunuh Hou Yi. Tapi, meski tanpa busur dan panah gaibnya Hou Yi tetap tidak sanggup dikalahkan dirinya berhasil mengalahkan dan membunuh murid-murid beserta pengikut yang telah mengkhianatinya.
Dan kemudian Hou Yi bimbang alasannya hidup sendiri di bumi, sedangkan istrinya sudah mendarat di Bulan dan menjadi dewi Bulan yang konon tinggal hanya dengan seekor kelinci santunan dari dewi-dewi di surga. Setiap malam Hou Yi hanya memandang indahnya bulan. Dia berpikir istrinya juga merindukannya, maka ia setia menunggu Chang`E menengoknya turun ke bumi.
Waktu terus berjalan, Hou Yi semakin tua. Setiap malam Hou Yi selalu memandang ke bulan dan selalu menyediakan masakan kesukaan istrinya Kue Bulan alasannya ia selalu berharap istrinya akan turun kembali menemuinya di bumi. Namun ternyata hal itu tak sanggup terwujud sampai final usia Hou Yi.
Kaisar Langit yang melihat kehidupan Hou Yi yang kesepian lambat laun merasa kasihan. Ketika Hou Yi meninggal, Hou Yi diangkat oleh Kaisar Langit dan dijadikan Dewa Matahari. Kini setiap tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek, ketika bulan memperlihatkan keindahan secara penuh, orang Tionghoa melihat ke bulan dan mengingat Chang-E dan legendanya. Perayaan ini dikenal sebagai Perayaan Pertengahan Musim Gugur, juga dikenal sebagai Perayaan Bulan
Legenda Dewi Cinta Dalam Mitologi Dunia
Kisah Unik Persahabatan Anjing Dan Gajah
Misteri Eyang Datuk Banjir Di Lubang Buaya
Referensi
tionghoa.com_Chang-E (嫦娥)
sitihaulahblog.wordpress.com_Dewi Bulan dan Pemanah Matahari